Akumulasi Pestisida Pada Biota Laut


AKUMULASI PESTISIDA PADA BIOTA LAUT

 

MAKALAH

 


 

OLEH :

M. ARMAN AHMAD

051609013

 

 

PROGRAM STUDY MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2012

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT karena atas Nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Akumulasi Pestisida Pada Biota Laut“.

Dalam penyusunan makalah ini, berbagai kesulitan Penyusun hadapi, namun kesulitan tersebut dapat teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini Saya selaku Penyusun menghanturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam makalah ini, Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan dan keterbatasan Penyusun sebagai Penyusun. Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat Penyusun butuhkan demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata Penyusun mengharapkan agar ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama generasi akademik perikanan.

 

Ternate, April 2012

Penulis

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                    

DAFTAR ISI                                        

I. PENDAHULUAN                                    

1.1 Latar Belakang                                

1.2 Tujuan Dan Manfaat                                

II. PEMBAHASAN                                    

  1. Sumber Logam Berat                                
  2. Sifat Dan Perilaku Logam Berat                        
  3. Kondisi Biota Dalam Perairan Jika Di Lihat Dari Logam Berat        

III. PENUTUP                                        

3.1 Kesimpulan                                    

3.2 Saran                                        

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

  1. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang

Pencemaran laut merupakan suatu peristiwa masuknya material pencemar seperti partikel kimia, limbah industri, limbah pertanian dan perumahan, ke dalam laut, yang bisa merusak lingkungan laut. Material berbahaya tersebut memiliki dampak yang bermacam-macam dalam perairan. Ada yang berdampak langsung, maupun tidak langsung.

Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan organisme perairan, dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu air sehingga menganggu kenyamanan organisme yang hidup dalam air.

Bahan pencemar laut lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80 persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu eksositem laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut.

Limbah kimia yang bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan, dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.

Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jaring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut, seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia. Racun semacam itu dapat terakumulasi dalam jaringan berbagai jenis organisme laut yang dikenal dengan istilah bioakumulasi. Racun ini juga diketahui terakumulasi dalam dasar perairan yang berlumpur. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan mutasi keturunan dari organisme yang tercemar serta penyakit dan kematian secara massal

  1. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui apa itu pestisida serta fungsinya
  2. Mengetahui akumulasi pestisida pada biota laut

     

 

  1. PEMBAHASAN
  1. Pengertian dan Fungsi Pestisida

    Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang (Faizal, 2010).

    Pestisida sintetis telah berhasil menghantarkan sektor pertanian menuju terjadinya “revolusi hijau”, yang ditandai dengan peningkatan hasil panen dan pendapatan petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa mencapai swasembada pangan pada tahun 1986. Dalam revolusi hijau target yang akan dicapai adalah berproduksi cepat dan tinggi, sehingga diperlukan teknologi masukan tinggi diataranya penggunaaan varietas unggul, pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan penyakit dengan obat-obatan kimia (Setyono, 2009).

    Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara lain ditentukan bahwa (Faizal, 2010):

  1. tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
  2. hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
  3. pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu
  4. tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.

    Pestisida berguna untuk mengendalikan berbagai hama serta mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman sehingga dapat memaksimalkan hasil pertanian. Namun residu dari pestisida tersebut berbahaya bagi lingkungan. Pestisida mengandung berbagai senyawa kimia yang dapat menggangu kestabilan komposisi kimia tanah. Pestisida yang banyak digunakan sekarang adalah dari golongan hidrokarbon berklor. Pestisida ini mempunyai efek menahun atau bioakumulatif dan sulit terurai.

    Di Indonesia pestisida yang sering digunakan adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Dampak penggunaan pestisida tidak akan terlihat langsung, namun akan terasa pada tahun-tahun akan datang. Beberapa pestisida telah diteliti dapat bersifat carsinogenic agent, mutagenic agent, teratogenic agent dan menimbulkan penyakit. Selain itu pestisida dapat menyebabkan pengaruh resisten pada tumbuhan / hama pengganggu.

2.3 Akumulasi Pestisida Pada Biota Laut

LI et al. (2006) juga menyatakan bahwa penyebaran pestisida ke suatu lingkungan selain kontak langsung, juga dapat melalui air. Pestisida yang terdapat dalam air akan mengendap di permukaan sedimen dan mengkontaminasi organisme yang hidup dalam kolom air maupun pada sedimen. REINECKE & REINECKE (2007) menyatakan bahwa hujan yang turun setelah penyemprotan pestisida organoklorin akan membawa pestisida organoklorin ini mengalir ke permukaan air sungai maupun laut, dan membawa dampak terhadap organisme non target di lokasi penyemprotan maupun daerah sekitarnya.

    Senyawa kimia utama pestisida
adalah organokhlorin yang telah diketahui mengkontaminasi lingkungan secara
global seperti dalam air dan tanah (RAMESH et al. 1990a), udara (RAMESH et al.
1989), serta kerang hijau (RAMESH et al. 1990b). Di India bahkan residu pestisida
organoklorin ditemukan dalam air susu ibu (TANABE et al. 1990) sedangkan di
Indonesia pestisida organoklorin juga ditemukan di kerang-kerangan (RAZAK
1991; RAZAK & MUNAWIR 1994).

    Pestisida organoklorin yang terdapat dalam kerang hijau akan terakumulasi
dalam rantai makanan, sedangkan pestisida yang terdapat dalam air dan sediment
dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap kesehatan berbagai burung dan
mamalia laut, (LUDWIG et al. dalam LOGANATHAN et al. 1993) serta
menghambat pertumbuhan dan reproduksi ikan dan organisme yang hidup dalam
suatu perairan (YELENA et al. 2004; HOSSAIN et al. 2001). Seluruh bahan kimia
untuk pembuatan senyawa pestisida organoklorin ini adalah bahan sintetik buatan
manusia (“man-made”) dengan tujuan untuk membasmi hama tanaman, pertanian,
perkebunan maupun kehutanan (RAZAK & GUNAWAN 2004) .

    Senyawa organoklorin ini mempunyai dampak nyata terhadap kesehatan
manusia karena bersifat persisten dalam jangka waktu yang lama dan bersifat
bioakumulasi karena tidak mudah terurai (CONNEL & MILLER 1995).

Masalah pencemaran yang dikaitkan dengan pertanian adalah sedimentasi pestisida dan pupuk. Aliran air hujan dari daerah pertanian juga mengandung bahan makanan yang besar seperti senyawa nitrogen yang jika sampai ke laut dapat menyebabkan masalah eutrofikasi. Pestisida digunakan dengan maksud untuk pembasmian hama dalam pertanian. Hanya saja, sifat toksisitas pestisida telah diketahui dapat menimbulkan kanker. Selain itu, bahaya utama yang telah diketahui dari sisa pestisida adalah kemampuan untuk merusak biota laut dikarenakan daya akumulasinya pada biota laut.

Pengaruh langsung pollutan terutama pestisida terhadap ikan biasanya
dinyatakan sebagai lethal (akut), yaitu akibat yang timbul pada waktu kurang dari
96 jam atau sub lethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu lebih
dari 96 jam (4 hari). Sifat toksik yang lethal dan sublethal dapat menimbulkan
efek genetik maupun tetatogenik terhadap biota yang bersangkutan. Pengaruh
lethal disebabkan gangguan saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau
bergerak akibatnya cepat mati. Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ
tubuh menyebabkan kerusakan pada hati, mengurangi potensi untuk
perkembangbiakan, pertumbuhan (Sanusi,1980).

 

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

    Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang (Faizal, 2010).

    Telah diketahui bahwa pestisida organoklorin yang terdapat dalam kerang hijau akan terakumulasi
dalam rantai makanan, sedangkan pestisida yang terdapat dalam air dan sediment
dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap kesehatan berbagai burung dan
mamalia laut, (LUDWIG et al. dalam LOGANATHAN et al. 1993) serta
menghambat pertumbuhan dan reproduksi ikan dan organisme yang hidup dalam
suatu perairan (YELENA et al. 2004; HOSSAIN et al. 2001). Seluruh bahan kimia
untuk pembuatan senyawa pestisida organoklorin ini adalah bahan sintetik buatan
manusia (“man-made”) dengan tujuan untuk membasmi hama tanaman, pertanian,
perkebunan maupun kehutanan (RAZAK & GUNAWAN 2004) .

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

CONNEL, D.W. and G. J. MILLER 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran.     Diterjemahkan oleh Yanti Koestoer. UI Press, Jakarta.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2004. Keputusan Menteri Negara dan     Lingkungan     Hidup Nomor: 51 Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air Laut, untuk     Kehidupan Biota     Laut : 11 hal.

RAZAK, H. dan K.MUNAWIR 1994. Kadar pestisida organoklorin di perairan Teluk     Jakarta. Dalam: H.P.HUTAGALUNG, D. SETIAPERMANA

RAZAK, H dan I. GUNAWAN 2004. Kandungan pestisida organoklorin dalam sedimen dan     kerang tahu (Meretrix meretrix) di muara Sungai Citarum, Jawa Barat. J. Riset     IPTEK     Kelautan. 2(1): 25-35.

RAMESH, A, S. TANABE, R. TATSUKAWA, A. N. SUBRAMANIAN, S. PALANICHMY, D.     MOHAN     and V. K. VENUGOPALAN 1989. Seasonal variation of persistent     organochlorine     insecticide residues in air from Porto Novo. South India.     Environment. Pollut. 62:     213-222.

YELENA, S., O.BAWARDI and D. SHCLENK 2004. Pesticides and PCBs in sediments and     fish     from the Salton Sea, California, USA. Chemosphere 55: 797-809.

Faizal, Richie. 2010. Pestisida.
Diakses : 20 April 2012

http://biodenti.wordpress.com/pencemaran-air/

Sutrisno, N, P. Setyanto, dan U. Kurnia. 2009. Perspektif Dan Urgensi Pengelolaan

Lingkungan Pertanian Yang Tepat. Diakses : 20 April 2012

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/ip024095.pdf

 


 

Tinggalkan komentar